Oleh : Ardiandi Deya Shidiq
Pada tanggal 2 Maret 2020, kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia telah terkonfirmasi. Pada tanggal 9 April 2020, pandemi Covid-19 sudah menyebar ke 34 provinsi di Indonesia dengan DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah sebagai provinsi yang paling terpapar. Melihat kecepatan virus ini menyebar, sekolah pun ditutup dan digantikan dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Setelah hampir sembilan bulan sekolah-sekolah melaksanakan sistem PJJ, akhirnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengizinkan sistem Pembelajaran Tatap Muka (PTM) kembali. Kebijakan ini berlaku sejak Januari 2021. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merespon kebijakan tersebut dengan menunjuk sepuluh sekolah di DIY untuk melaksanakan uji coba PTM. Uji coba PTM direncanakan sejak Januari 2021, namun belum bisa terlaksana karena adanya aturan Pemberlakuan Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM).
Di antara sepuluh sekolah yang ditunjuk, terdapat SMA Negeri 1 Sentolo sebagai perwakilan dari Kabupaten Kulon Progo. Beberapa bulan setelah kebijakan PTM diberlakukan, akhirnya sekolah ini telah siap untuk melaksanakannya.
Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di SMA Negeri 1 Sentolo dimulai dengan sosialisasi kepada orang tua dan siswa pada tanggal 31 Maret 2021. Sosialisasi tersebut bertujuan agar para siswa siap dengan situasi dan kondisi New Normal. Selain itu, pihak sekolah juga telah mengunggah video petunjuk pelaksanaan protokol kesehatan di kanal YouTube resmi sekolah.
Setelah sosialisasi, sekolah mengadakan simulasi PTMT yang melibatkan beberapa siswa. Simulasi ini juga disiarkan secara langsung melalui Google Meet agar siswa dan orang tua semakin yakin dengan kemanan PTMT di sekolah.
Beberapa hari setelah simulasi dilaksanakan, tepatnya 5 April 2021, uji coba PTM atau PTMT akhirnya dilaksanakan oleh sekolah tersebut. PTMT ini hanya menyertakan siswa kelas 10 dan 11. Siswa kelas 12 tidak mengikutinya karena kegiatan belajar mengajar kelas 12 sudah berakhir dan telah menyelesaikan Ujian Sekolah. Keikutsertaan siswa dalam pelaksanaan PTMT tidak bersifat wajib. Orang tua atau wali siswa dapat memilih anaknya akan ikut dalam PTMT atau tetap mengikuti PJJ.
Sekolah melaksanakan PTMT dengan perencanaan yang matang. Selain penambahan sarana dan prasarana baru, seperti tempat mencuci tangan yang ada di sejumlah titik., sekolah juga telah menyiapkan kurikulum khusus. Guru dan karyawan sekolah juga telah menerima dua dosis vaksin Covid-19.
PTMT yang dilaksanakan oleh sekolah ini menggunakan sistem blok jenjang per dua hari. Sistemnya adalah apabila hari senin PTMT dilaksanakan oleh siswa kelas 10 bernomor presensi ganjil, maka PTMT pada hari selasa akan dilaksanakan oleh siswa kelas 10 bernomor presensi genap. Kemudian, apabila di hari rabu PTMT dilaksanakan oleh siswa kelas 11 bernomor presensi ganjil, maka hari kamis PTMT dilaksanakan oleh siswa kelas 11 bernomor presensi genap. Begitu pula seterusnya.
Saat PTMT dilaksanakan, siswa yang datang ke sekolah hanya setengah dari total keseluruhan siswa di kelas. Sisanya akan mengikuti pembelajaran daring melalui Google Meet. Tapi, bukan berarti materi yang diterima oleh mereka akan berbeda. Proses pembelajaran di kelas saat PTMT akan disiarkan secara langsung melalui Google Meet yang nantinya akan disaksikan oleh siswa di rumah. Jadi, tidak ada perbedaan materi yang diberikan, baik kepada siswa di sekolah maupun di rumah.
Berhubung pandemi Covid-19 di Indonesia belum berakhir, SMA Negeri 1 Sentolo hanya akan melakukan pembelajaran selama tiga jam per hari tanpa waktu istirahat. Hal ini berakibat pada waktu yang tersedia untuk mengajar sangat singkat. Sehingga guru tidak bisa memberikan materi baru secara penuh seperti pembelajaran normal. Oleh karena itu, waktu tiga jam yang dibagi empat jam mata pelajaran hanya akan digunakan untuk mengonfirmasi materi dari minggu sebelumnya yang sudah diberikan melalui Google Classroom.
Untuk jenjang kelas yang sedang tidak melaksanakan PTMT, durasi pembelajarannya adalah enam jam yang dibagi ke delapan jam mata pelajaran. Mereka akan mengikuti pembelajaran melalui Google Classroom seperti biasanya.
Selama pandemi ini sekolah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berbeda pembelajaran normal. Sebelum masuk lingkungan sekolah, siswa diwajibkan mencuci tangan dengan sabun serta menggunakan air yang mengalir di tempat yang telah disediakan. Setelah mencuci tangan, siswa wajib mengecek suhu tubuh menggunakan thermogun (termometer inframerah) dan mengingat angka suhu tubuhnya. Kemudian, sekolah juga telah menyiapkan sebuah ruang isolasi sementara untuk siswa yang suhu tubuhnya lebih dari 37°C.
Setelah melakukan pengecekan suhu, siswa harus langsung menuju ke ruang kelas masing-masing melalui jalur khusus yang telah disediakan. Ada petunjuk yang terpasang di lantai agar siswa tidak kebingungan dalam mengambil jalur khusus tersebut. Selain petunjuk jalan, ada guru yang akan membantu mengarahkan siswa menuju ruang kelas. Siswa dilarang untuk melewati jalur selain jalur khusus tadi kecuali ada kepentingan.
Saat sampai di depan ruang kelas, siswa akan diminta untuk mengisi presensi dan menuliskan suhu tubuh yang telah dicek sebelumnya. Kemudian, siswa harus langsung duduk di kursi yang telah diberi jarak sejauh satu setengah meter dari kursi lainnya. Walaupun normalnya sebuah meja di ruang kelas digunakan untuk dua orang siswa, saat PTMT berlangsung hanya ada satu siswa untuk satu meja. Hal ini dilakukan agar siswa dapat tetap menjaga jarak.
Proses pembelajaran diawali dengan doa dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kegiatan belajar mengajar saat PTMT sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda dari pembelajaran normal. Perubahan yang paling mencolok adalah tidak adanya teman semeja yang dapat diajak bersenda gurau di sela-sela pembelajaran. Selain itu, jika biasanya guru menuliskan materi pembelajaran pada whiteboard, pada saat PTMT guru menuliskan materinya pada blackboard agar tidak silau saat disiarkan secara langsung melalui Google Meet. Siswa yang mengikuti pembelajaran melalui Google Meet juga dapat melakukan interaksi secara langsung dengan guru dan siswa lain di kelas.
SMA Negeri 1 Sentolo bisa menjadi role model (percontohan) pembelajaran di masa pandemi. Di saat sekolah lainnya hanya melaksanakan PTM atau PJJ saja, sekolah ini mampu melaksanakan keduanya secara bersamaan. Pelaksanaan pembelajaran hybrid atau blended learning tidak akan berhasil jika tidak didukung dengan peralatan yang memadai. Untuk itu, sekolah ini menyediakan tablet khusus yang digunakan untuk melakukan siaran langsung melalui Google Meet. Tablet-tablet ini nantinya akan ditaruh di depan kelas menghadap papan tulis. Dengan begitu, tablet tersebut dapat merekam guru serta materi yang dituliskan di blackboard. Selain tablet, sekolah juga menyediakan Wi-Fi agar siaran langsung yang dilakukan dapat berjalan lancar.
Selama proses pembelajaran di sekolah berlangsung, siswa tidak diperbolehkan membuka masker. Siswa juga tidak diperbolehkan pinjam-meminjam alat tulis, alat makan dan minum, serta barang lainnya. Lagipula tidak ada jam istirahat saat PTMT, jadi siswa tidak perlu membawa bekal, cukup sarapan dari rumah.
Setelah jam pelajaran berakhir, siswa harus langsung mengemasi barangnya dan pulang melalui jalur khusus dengan antrean yang rapi serta tetap menjaga jarak. Kelas yang telah kosong kemudian disemprot disinfektan agar keesokan harinya dapat steril kembali saat akan digunakan oleh siswa yang lain.
Sayangnya, PTMT hanya dapat dilaksanakan selama beberapa minggu. Penyebaran Covid-19 di Indonesia yang semakin tinggi membuat sekolah kembali pada sistem PJJ. Walaupun demikian, setidaknya PTMT tersebut dapat melepas rindu siswa kepada teman dan guru yang telah lama tidak berjumpa.